KONSEP PENDEKATAN PERANCANGAN TERSTRUKTUR

Hasil gambar untuk design



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Marhaban Yaa Ramadhan, di bulan yang penuh berkah ini penulis akan menjelaskan tentang konsep pendekatan perancangan terstruktur. Dalam tulisan ini penulis kembali memerlukan kritik dan saran dari pembaca agar blog ini dapat semakin lebih baik. Terima Kasih

Konsep Perancangan Terstruktur

Permasalahan-permasalahan di pendekatan klasik, maka kebutuhan akan pendekatan pengembagan system yang lebih baik mulai terasa dibutuhkan. Sayangnya sampai sekarang masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa hanya dengan mengikuti tahapan di life cycle saja tidak akan membuat pengembangan system informasi menjadi berhasil. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan pengembangan system yang baru yang dilengkapi dengan beberapa alah dan teknik supaya membuatnya berhasil.

Pendekatan ini yang dimulai dari awal tahun 1970 disebut dengan pendekatan terstruktur (structured approach). Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alah dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan system, sehingga hasil dari system yang dikembangkan akan didaptkan system yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas.
Hasil gambar untuk pendekatan

Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan system, yaitu :

1. Pendekatan klasik (classical approach) vs pendekatan terstruktur (structured approach), dipandang dari metodologi yang digunakan.
2. Pendekatan sepotong (Piecemal approach) vs pendekatan system (system approach), dipandang dari sasaran yang akan dicapai.
3. Pendekatan bottom-up vs pendekatan top-down, dipandang dari cara menentukan kebutuhan system.
4. Pendekatan system meyeluruh (total-system approach) vs pendekatan moduler (modular approach), dipandang dari cara mengembangkannya.

5. Pendekatan lompatan jauh (great loop approach) vs Pendektan berkembang (evolutionary approach), dipandang dari teknilogi yang akan digunakan. 1. Pendekatan Klasik

      Pendekatan klasik disebut juga pendekatan tradisional atau pendekatan konvensional adalah pendekatan dalam pengembangan system yang mengikuti tahapan-tahapan pengembangan system (system life cycle) tanpa dibekali dengan alat-alat dan teknik-teknik yang memadai. Pendekatan klasik tidak cukup digunakan untuk mengembangkan system informasi yang kini semakin kompleks, dan dapat menimbulkan permasalahan seperti:
1. Pengembangan perangkat lunak menjadi sulit.
2. Biaya perawatan atau pemeliharaan system menjadi lebih mahal.
3. Kemungkinan kesalahan system besar.
4. Keberhasilan system kurang terjamin.
5. Masalah dalam penerapan system.

2. Pendekatan Terstruktur

Karena terjadi banyak permasalahan pada pendekatan klasik, maka dibutuhkan pendekatan pengembangan system yang lebih baik yang tidak hanya mengikuti tahapan system life cycle namun juga dilengkapi dengan beberapa alat dan teknik. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan pendekatan terstruktur telah dimulai dari awal tahun 1970-an. Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangkan system sehingga didapatkan hasil akhir berupa system yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas.

Beberapa metodologi pengembangan system yang terstruktur telah diperkenalkan secara luas. Metodologi pengembangan system adalah kesatuan metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep perkerjaan, aturan-aturan dan postulat-postulat yang digunakan dalam mengembangkan suatu system informasi. Sedangkan metode adalah suatu cara, teknik yang sistematik untuk mengerjakan sesuatu. Sebagian besar metodologi diperuntukkan untuk tahap desain saja, namun banyak juga yang dapati digunakan untuk tahap analisis.

3. Piecemal Approach VS System Approach

Piecemal approach merupakan pendekatan pengembangan system yang menekankan pada suatu kegiatan atau aplikasi saja. Kegiatan atau aplikasi yang dipilih tersebut, dikembangkan tanpa memperhatikan posisinya di system informasi atau tanpa memperhatikan sasaran organisasi secara keseluruhan. System approach memperhatikan system informasi sebagai satu kesatuan terintergrasi dari masing-masing kegiatan atau aplikasinya dan menekankan pada pencapaian sasaran keseluruhan.

4. Bottom-up Approach VS Top-Down Approach

      Pendekatan bottom-up dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level operasional tempat transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksti tersebut. Pendekatan ini merupakan ciri-ciri pendekatan klasik. Jika pendekatan ini digunakan pada tahap analisis, disebut dengan data analysis, karena yang menjadi focus adalah data yang akan diolah terlebih dahulu.

Sedangkan pendekatan top-down sebaliknya dimulai dari level atas organisasi yaitu level perencanaan strategis. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijakan organisasi. Selanjutnya, dilakukan analisis kebutuhan informasi kemudian ke penentuan input, output, basis data, prosedur-prosedur operasi, dan control. Pendekatan ini merupakan ciri-ciri dari pendekatan terstruktur. Jika pendekatan ini digunakan pada tahap analisis, disebut dengan decision analysis karena yang menjadi focus adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemn terlebih dahulu.

5. Total System Approach VS Modular Approach

Total system approach merupakan pendekatan pengembangan system serentah secara menyeluruh. Pendekatan ini sulit dilakukan untuk system yang komplek karena menjadi sulit untuk dikembangkan. Modular approach berusaha memecahkan system yang rumit menjadi beberapa bagian atau modul yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan dikembangkan. System juga akan dapat dikembangkan sesuai dengan waktu yang direncanakan mudah dipahami oleh pemakai dan mudah untuk dipelihara.

6. Great Loop Approach VS Evolutionary Approach
Great loop approach menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak menggunakan teknologi canggih. Hal ini mengandung risiko karena teknologi komputer begitu cepat berkembang dan tahun-tahun mendatang sudah menjadi using, investasinya juga mahal dan terlalu kompleks. Evolutionary approach menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi yang memerlukan saja saat itu dan akan terus dikembangkan untuk masa-masa selanjutnya mengikuti kebutuhan dan sesuai dengan perkembangan teknolgo yang ada.

Konsep pengembangan system terstruktur bukan merupakan konsep yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk alat-alat elektronik ini memang relative masih baru digunakan dalam mengembangkan system informasi terstruktur, permasalahan-permasalahan yang komplek di organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari system akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya, sesuai dengan anggaran biaya pengembangannya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih baik (bebas kesalahan). Salah satu tools dan teknik dalam pengembangan system terstruktur adalah menggunakan DFD (Data Flow Diagaram).

DATA FLOW DIAGRAM (DFD)

Hasil gambar untuk design
Penggunaan bagan dan notasi untuk mewakili arus data dalam suatu system telah banyak dilakukan. Penggunaan notasi dalam diagram arus data ini sangat membantu dalam memahami suatu system pada semua tingkat kompleksitasnya. Pada tahap analisis, notasi ini membantu dalam komunikasi dengan pemakai system untuk memahami system secara logika. Diagram ini dikenal dengan diagram arus data (DFD).

DFD merupakan alat pengembangan system yang berorientasi pada alaur data dengan konsep dekomposisi yang dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan system yang mudah dikomunikasikan oleh professional system kepada pemakai maupun pembuat program. DFD dapat digunakan untuk menggambarkan system yang telah ada maupun system baru secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dari data yang mengalir (misalnya lewat telepon, surat dan sebagainya) maupun tempat data tersebut disimpan (misalnya file, kartu, hardisk, tape, disket dan sebagainya)

Ide dari suatu bagan untuk mewakili arus data dalam suatu system bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1967, Martin dan Estrin memperkenalkan suatu algorima program dengan menggunakan symbol lingkaran dan panah untuk mewakili arus data. E. Yourdan dan L. L. Constantine juga menggunakan notasi symbol ini untu menggambarkan arus data dalam semacam ini untuk membuat model-model system matematika. Penggunaan notasi dalam diagram arus data ini sangat membantu sekali untuk memahami suatu system pada semua tingkat kompleksitasnya seperti yang notasi ini sangat membantu sekali di dalam komunikasi dengan pemakai system untuk memahami system secara logika.
Umumnya kesalahan proses di DFD adalah :
1. Proses mempunyai input tetapi tidak menghasilkan output. Kesalahan ini disebut dengan black hole (lubang hitam), karena data masuk ke dalam proses dan lenyap tidak berbekas seperti dimasukkan ke dalam lubang hitam.
2. Proses menghasilkan output tetapi tidak pernah menerima input. Kesalahan ini disebut dengan miracle (ajaib), karena ajaib dihasilkan output tanpa pernah menerima input.

sumber : 
https://alena19.wordpress.com/2011/11/.../konsep-pendekatan-perancangan-terstruktur
directory.umm.ac.id/SIP/Bahasan4_Peranc_Terstruktur.pdf



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ERD, BINARY, UNARY, DAN TERNARY

Komponen Penyusun Basis Data dan Basis Data Pada Industri

Abstraksi Data - Basis Data